Header Ads

Tottenham Hotspur Juara Liga Europa 2025: Tundukkan Manchester United 1-0 di Final Bersejarah



DGSPORTS – Sejarah baru tercipta di Eropa. Tottenham Hotspur resmi keluar sebagai juara Liga Europa 2025 setelah mengalahkan Manchester United dengan skor tipis 1-0 dalam laga final yang berlangsung di Stadion San Mamés, Bilbao, Spanyol, pada Rabu (21/5/2025) dini hari WIB.

Kemenangan ini menjadi sangat penting bukan hanya karena trofi yang diraih, tetapi juga karena mengakhiri puasa gelar panjang Tottenham yang berlangsung selama 17 tahun. Terakhir kali klub asal London Utara ini merayakan trofi adalah pada 2008, saat mereka memenangkan Piala Liga Inggris.

Laga ini mempertemukan dua tim Premier League yang sama-sama tengah berjuang membangun kembali kejayaan mereka di pentas Eropa. Namun, hanya satu yang tampil sebagai juara, dan Tottenham membuktikan bahwa mereka lebih siap dalam segala aspek.


Gol Bunuh Diri Luke Shaw yang Menentukan

Satu-satunya gol dalam laga final ini tercipta pada menit ke-42. Melalui sebuah skema serangan dari sisi kanan, gelandang muda Pape Matar Sarr mengirimkan umpan silang yang mengarah ke kotak penalti Manchester United. Brennan Johnson yang berlari di depan bek MU memberikan tekanan, memaksa Luke Shaw bereaksi cepat. Sayangnya bagi Shaw dan MU, bola justru membentur kakinya dan masuk ke gawang sendiri tanpa bisa diantisipasi oleh kiper André Onana.

Meski gol tersebut tercatat sebagai gol bunuh diri, pergerakan Brennan Johnson mendapatkan kredit besar dalam proses terciptanya gol. Penyerang asal Wales itu menunjukkan kecepatan dan ketajamannya dalam memanfaatkan ruang, sesuatu yang sering terlihat sepanjang musim.

Menurut catatan statistik pertandingan DGSPORTS, gol tersebut merupakan kali ketiga sepanjang musim ini Tottenham mendapatkan keuntungan dari tekanan tinggi yang memaksa lawan mencetak gol bunuh diri. Strategi pressing tinggi yang diterapkan Ange Postecoglou terbukti sangat efektif, bahkan di laga sebesar final Eropa.


Manchester United Dominan, Tapi Gagal Manfaatkan Peluang

Manchester United sebenarnya tidak tampil buruk. Mereka menguasai 64% penguasaan bola dan mencatat 11 tembakan, tetapi hanya 3 yang mengarah tepat ke gawang. Erik ten Hag menurunkan formasi menyerang dengan menempatkan Bruno Fernandes di belakang duet Højlund dan Rashford, tetapi kreativitas yang biasanya menjadi kekuatan utama MU tak terlihat maksimal.

Beberapa peluang emas tercipta, salah satunya melalui Garnacho di awal babak kedua. Namun, penyelamatan gemilang dari kiper Tottenham, Guglielmo Vicario, membuat gawang Spurs tetap perawan. Tak hanya itu, barisan pertahanan Spurs yang dikomandoi Micky van de Ven dan Cristian Romero tampil sangat disiplin dan kokoh sepanjang pertandingan.

“United memainkan sepak bola penguasaan, tapi penguasaan tanpa efektivitas di sepertiga akhir tidak menghasilkan apapun,” tulis analis taktik DGSPORTS, Rio Prasetyo. “Tottenham bermain cerdas dengan menunggu momentum serangan balik.”


Penampilan Heroik Vicario dan Van de Ven

Salah satu kunci keberhasilan Tottenham malam itu adalah solidnya pertahanan mereka. Vicario menjadi pahlawan di bawah mistar dengan mencatat 5 penyelamatan, termasuk satu penyelamatan refleks luar biasa dari sundulan Rasmus Højlund pada menit ke-78.

Sementara itu, Micky van de Ven menjadi bintang di lini belakang. Bek asal Belanda itu melakukan sapuan di garis gawang pada menit ke-84 yang menghindarkan Spurs dari kebobolan. Tanpa aksi tersebut, pertandingan mungkin akan berlanjut ke babak tambahan waktu.

Dalam wawancara pasca pertandingan yang diterima DGSPORTS, Vicario menyatakan:
"Kami tahu ini bukan soal siapa yang paling banyak memegang bola, tapi siapa yang bisa bertahan dengan kepala dingin. Saya bangga bisa membantu klub ini menulis sejarah."


Strategi Cerdas Ange Postecoglou

Kemenangan ini juga menjadi kemenangan taktik bagi manajer Tottenham, Ange Postecoglou. Pelatih asal Australia itu mengusung gaya bermain menyerang yang atraktif sepanjang musim, namun di laga final ini ia menunjukkan fleksibilitas tinggi dengan pendekatan yang lebih pragmatis.

Postecoglou memilih formasi 4-2-3-1 dengan Brennan Johnson dan Dejan Kulusevski di sayap. Kedua pemain ini bertugas ganda: menyerang cepat saat menguasai bola dan bertahan rapat saat tanpa bola. Peran gelandang Pape Matar Sarr dan Yves Bissouma juga krusial dalam mematikan kreativitas lini tengah MU.

“Tottenham bermain seperti tim yang sudah sering menang trofi,” komentar pakar sepak bola Eropa DGSPORTS, Fikri Alamsyah. “Disiplin, tenang, dan tahu kapan harus menyerang atau bertahan. Mereka layak juara.”


Akhiri Puasa Gelar, Amankan Tiket Liga Champions

Trofi ini menandai gelar Eropa pertama Tottenham sejak memenangkan Piala UEFA (sekarang Liga Europa) pada tahun 1984. Lebih dari itu, kemenangan ini juga memastikan mereka lolos otomatis ke fase grup Liga Champions musim 2025/2026, sebuah hadiah tambahan yang sangat berarti baik dari sisi prestise maupun finansial.

Dengan keikutsertaan di Liga Champions, Spurs diperkirakan akan mendapatkan suntikan dana tambahan dari UEFA hingga €30 juta, serta menarik minat sponsor dan pemain bintang untuk bergabung musim depan.

Ange Postecoglou menyebut kemenangan ini sebagai awal dari era baru Tottenham. Kepada DGSPORTS, ia mengatakan:

"Kami bukan lagi sekadar tim yang ‘hampir juara’. Kami adalah tim juara, dan kami belum selesai. Kami ingin terus berkembang."


Manchester United: Evaluasi Besar untuk Erik ten Hag

Sementara itu, bagi Manchester United, kekalahan ini menjadi pukulan telak. Setelah musim yang tidak konsisten di Premier League, kegagalan di final Liga Europa menambah tekanan kepada Erik ten Hag. Ini merupakan kekalahan keempat mereka dari Tottenham dalam satu musim — dua kali di liga, satu kali di Piala Liga, dan satu di final Liga Europa.

Sejumlah pengamat menyebut bahwa MU perlu perombakan skuad yang lebih dalam. Beberapa pemain senior seperti Casemiro dan Varane dirumorkan akan hengkang, sementara lini serang butuh ketajaman baru.

Dalam konferensi pers yang diliput langsung oleh tim DGSPORTS, Erik ten Hag menyebut hasil ini "mengecewakan tapi menjadi pelajaran". Namun, banyak suara suporter yang mulai meragukan masa depan pelatih asal Belanda itu di Old Trafford.


Tottenham Cetak Dominasi Penuh atas MU Musim Ini

Tottenham kini memegang rekor sempurna atas MU musim ini. Dari empat pertemuan, mereka memenangkan semuanya dengan total agregat 8-2. Ini menjadi bukti dominasi taktik dan mental yang sangat kuat dari skuad Ange Postecoglou.

Dalam sejarah pertemuan kedua klub, belum pernah sebelumnya Tottenham menang empat kali dalam satu musim atas Manchester United. Hal ini menjadi simbol bahwa keseimbangan kekuatan di Premier League mulai berubah.


Penutup: Era Baru Tottenham Dimulai

Kemenangan ini bukan sekadar trofi bagi Tottenham Hotspur. Ini adalah titik balik. Sebuah pernyataan bahwa mereka bukan lagi tim yang dikenal karena “nyaris juara”, melainkan klub yang sudah terbukti bisa menang di panggung besar.

Dengan fondasi skuad muda, pelatih visioner, dan strategi jangka panjang, Tottenham kini siap melangkah lebih jauh. Eropa telah menyaksikan kelahiran kembali The Lilywhites.

DGSPORTS akan terus memberikan update terbaru seputar pergerakan transfer Tottenham pasca kemenangan ini, termasuk rumor pemain incaran dan agenda pramusim mereka.


Ikuti terus perkembangan sepak bola Eropa, Liga Inggris, dan Liga Champions hanya di DGSPORTS – Media Sepak Bola Terpercaya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.